Minggu, 05 April 2015

Inspeksi Pipa Boiler

Diangkat oleh Aminudin Zuhri pada 09.30
Banyak industri proses yang tergantung dengan Boiler sebagai penghasil energi (berupa uap panas), sebagai contoh pada Pabrik Pupuk, Industri Makanan, Industri Kertas, dan Industri Kimia lainnya. Dalam proses, kegagalan pada satu bagian dapat menyebabkan semua sistem terhenti secara total dan mengakibatkan kerugian yang sangat besar. Sehingga, diusahakan seminimal mungkin terjadi shutdown pada bagian proses akibat dari kegagalan mesin. Ada banyak pendekatan untuk mengurangi kegagalan yang terjadi. Diantaranya dengan metode FMEA (Failure Method and Effect Analysis), RBI (Risk Based Inspection). Penerapan Tools statistik juga sangat membantu untuk memberikan data yang akurat terhadap kejadian - kejadian penting yang mengarah pada kegagalan. Sebagai contoh, data failure dengan metode Overall Equipment Efficiencies yang merupakan best practice dari sistem Total Productive Maintenance. Paket data tersebut kemudian diolah dengan banyak metode seperti pada tools konsep Six Sigma. Sesuai dengan kebutuhan aplikasi dan keakuratan yang diperlukan. 

Banyak metode yang digunakan dalam praktiknya untuk mendapatkan kualitas inspeksi yang baik. Namun, yang paling utama, semua bagian dalam metode yang diaplikasikan harus benar - benar dilakukan dengan komitmen tinggi. Baik itu melibatkan organisasi secara langsung maupun vendor atau kontraktor dan konsultan. Berikut contoh khusus inspeksi yang dilakukan pada perpipaan. 

  • Ekspansi
  • Rangka pendukung yang cukup
  • Tidak ada kebocoran
  • Koneksi yang benar. Tujuannya adalah untuk menentukan apakah ada perubahan posisi karena adanya tegangan pada pipa atau sambungan yang lain.
  • Spesifikasi yang cocok untuk kondisi operasi
  • Tidak ada fakta-fakta korosi, erosi, atau retak
Contoh dari item inspeksi pada gambar adalah pekerjaan yang membutuhkan bantuan alat - alat laboratorium (DT) yang tidak dapat dilakukan secara langsung di lapangan (NDT). Akan ada banyak item pengujian seperti ini yang dapat membantu pengamatan terhadap tanda - tanda kegagalan yang disebutkan pada proses inspeksi. 

Pengujian Pada Pipa Boiler di IP Suralaya


    

Kamis, 02 April 2015


Oleh: Adityo Nugroho
Istilah Sea Power pertama kali muncul di akhir abad 19 oleh Rear Admiral Alfred Thayer Mahan dalam bukunya The Influence of Sea Power Upon History, hal.1660-1783. Dalam membangun sebuah negara yang memiliki kekuatan Angkatan Laut yang besar, menurut Mahan diperlukan 6 (enam) elemen pokok yang akan menjadi modal utama, yaitu: letak geografi (geographical position), bangun muka bumi (physical conformation), luas wilayah (extent of territory), karakter masyarakat (character of the people), jumlah penduduk (number of population) dan, karakter pemerintahan (character of government).
Elemen-elemen ini bersifat universal dan tanpa batas waktu (universal and timeless in character). Posisi geografis disebut sebagai kondisi yang paling signifikan. Dalam menjelaskan teorinya yang menggunakan contoh-contoh dari perang antara Inggris vs Belanda pada akhir abad 17 dan perang Inggris vs Perancis pada abad 18. A.T Mahan mencatat, bahwa kejadian-kejadian di laut sangat mempengaruhi kejadian-kejadian di darat.
Namun sering kali keputusan-keputusan politik yang diambil berdasarkan kejadian-kejadian di darat, jarang mempertimbangkan aspek kemaritiman. A.T Mahan menggaris-bawahi, bahwa Sea Power atau Kekuatan Laut merupakan unsur yang sangat penting bagi kejayaan suatu bangsa. Sebaliknya bila kekuatan-kekuatan di laut kurang diberdayakan, akan berakibat sangat merugikan negara atau meruntuhkan bangsa tersebut. A.T. Mahan menyatakan, bahwa Kekuatan Laut adalah: “All that tends to make a people great upon the sea or by sea”.
Contohnya adalah saat kebangkitan kekuatan laut Inggris (British sea power) di masanya. Secara ideal Inggris terletak di persimpangan jalur perdagangan Eropa. Bangsa Inggris mampu memanfaatkan dan mengamankan jalur perdagangannya dari penggunaan laut oleh pihak lawan. Selain daripada itu, posisi geografis Inggris, memberikan proteksi alami dari invasi musuh dan tidak mengharuskan Inggris memiliki kekuatan Angkatan Darat yang besar.
Dari contoh kebangkitan kekuatan laut Inggris tersebut, dapat diambil pelajaran bahwa keuntungan posisi geografis tidak akan terlihat dominan bila sebuah bangsa tidak memiliki garis pantai yang cukup untuk membangun pelabuhan-pelabuhan, tidak memiliki sumber daya alam yang memadai, dan tidak didukung oleh iklim/cuaca yang baik.
Lebih jauh, menurut Mahan, extent of territory dan number of population memiliki ketergantungan antara satu dengan yang lain. Pelabuhan dan garis pantai yang panjang oleh suatu bangsa bukan hanya dapat digunakan untuk kepentingan perdagangan namun dapat pula digunakan musuh untuk melakukan penetrasi ke dalam negara tersebut. Sehingga untuk mengantisipasi hal tersebut suatu negara harus mempunyai angkatan laut yang kuat dan memiliki hubungan perdagangan yang menguntungkan dengan negara-negara lain untuk dapat mencapai postur kekuatan laut yang diharapkan.
Di samping hal tersebut cara pandang serta wawasan kelautan dari masyarakat merupakan sumber kekuatan maritim dan kesejahteraan bangsa. Kemampuan pemerintah dalam melaksanakan diplomasi dan mempengaruhi negara lain memiliki peran yang sangat signifikan dalam melakukan dominasi wilayah lautnya.
Buku “The Influence of Sea Power Upon History”, itu dinilai penting karena buku ini menggambarkan pemikiran Mahan untuk mencapai kekuatan nasional (national power), serta menjelaskan bagaimana cara mengerahkan Sea Power untuk menghadapi musuh. Apa yang dimaksud dengan Sea Power atau Kekuatan Laut, pada dasarnya identik dengan Kekuatan Maritim atau Maritime Power. Apabila kekuatan-kekuatan itu diberdayakan, maka akan meningkatkan Kesejahteraan dan Keamanan Negara.
Disamping hal tersebut, Rear Admiral A.T Mahan menyatakan bahwa “keunggulan Angkatan Laut adalah keperluan utama untuk menjadikan negara besar, kuat dan maju”. Pelaku operasi pertahanan negara di laut terdiri dari beberapa instansi dengan AL sebagai inti kekuatan. Kekuatan laut terdiri dari Armada Niaga, Angkatan Laut dan Pangkalan.
Selain dari pada itu laut adalah satu kesatuan (The Sea is all One) artinya bahwa laut tidak dapat dipagari, diduduki dan dipertahankan seperti daratan. Sehingga strategi maritim merupakan penguasaan di laut, yaitu dengan menjamin penggunaan laut untuk kepentingan sendiri serta menutup peluang bagi lawan untuk menggunakannya. Mahan mengikuti pendekatan Baron Antoine de Jomini yang menekankan pentingnya lines of communication, konsentrasi kekuatan, dan daya serang untuk menghancurkan kekuatan armada musuh.

Metode Pengujian In-Situ Metalography

Diangkat oleh Aminudin Zuhri pada 09.00
Pengujian metallography merupakan metode uji merusak yang sangat berguna dalam mendeteksi kegagalan material. Namun, pengujian mikroskopis ini dapat dilakukan di dalam laboratorium secara terbatas. Beberapa jenis pengujian UTR dalam banyak hal kurang aplikatif karena keterbatasan peralatan yang digunakan.  Dengan uji metallography, perubahan struktur mikro dapat digunakan untuk mengetahui perubahan sifat material yang mengarah pada kegagalan maupun dalam tahap pencapaian standard fase strukturmikro pada suatu material. Pengujian ini terutama sangat berguna untuk mendeteksi kegagalan (Metallurgical damage) seperti creep, perubahan batas butir, grafitasi presipitasi fase sigma, misalnya pada bagian lasan (weldment) material stainless steel (Juan M. SALGADO-LĂ“PEZ; In situ metallography as non-destructive test to analyze the microstructural damage in the petrochemical industry). 

Sumber: Aplikasi Mikro Analisis dan Fraktografi untuk menentukan kualitas produk dan penyebab kerusakan suatu komponen. Ilham Hatta, BPPT



Contoh aplikasi metode ini adalah pengujian pada instalasi Stasiun Pengumpul Gas (SPG) dalam keadaan sedang beroperasi. Pergeseran instalasi terjadi sehingga menyebabkan seluruh pipa yang relatif berdiameter kecil yang mengarah kepada manifold mengalami pembengkokan. Prosedur pengujian In-situ metallographic akan sangat membantu karena tidak diperlukan shutdown, dimulai dengan pemilihan titik-titik pada lokasi yang perlu diuji, yaitu lokasi kritis yang terkena deformasi atau pembengkokan. Pada lokasi atau titik terpilih dilakukan pemolesan dan proses etsa (etching) hingga siap untuk diobservasi dengan menggunakan mikroskop (handy microscope). Setelah struktur mikro benda spesimen terlihat jelas dibawah observasi mikroskop, replika (Microset surface replication) diaplikasikan pada permukaan metallographic. Hal ini dimaksudkan untuk menduplikasi permukaan metallographic pada benda spesimen kepada replika untuk dianalisa atau diobservasi di laboratorium. 

www.ndtcorrosion.com
Pemilihan lokasi pengujian sangat menentukan terhadap keberhasilan metode ini. Karena sifat In-situ metallography yang berupa spot. Pertimbangan terhadap pengaruh lingkungan selama operasi juga harus diteliti, sehingga observasi lebih terarah. Sebagai contoh, sebuah pressure vessel akan dilakukan In-situ metallography pada sambungan lasan antara head dan drum. Karena PV tersebut merupakan tangki bahan bakar yang intermitten terhadap kontak logam, maka akan sangat urgent untuk melakukan pengujian pada bagian dalam pressure vessel. Tentu dengan mempertimbangkan dimensi PV karena akan sangat sulit untuk menjangkau bagian dalam PV.  

Dalam suatu kasus, karena keterbatasan, dilakukan pengujian pada bagian luar PV. Dari hasil PT dan MT tidak ada indikasi cacat pada sambungan head dan drum. Namun dari pengujian In-situ Metallography terlihat ada penjalaran retak mikro. Untuk memperkuat inspeksi, maka akan diperlukan metode uji lain untuk memastikan apakah hasil uji In-situ metallography tersebut benar sebuah retakan atau kesalahan preparasi sample. Misalnya, dengan Radiography atau UT. Tentu hal ini akan berdampak pada operational cost and time.

Adakah kendala atau kelemahan dari metode In-situ metallography? Tidak dapat dipungkiri bahwa penggunaan metode ini sangat variatif tergantung pada tujuan pengujian. Metode ini juga dapat digunakan untuk membantu memperhitungkan umur pakai dalam creep-life assessment. Bahkan dapat memberikan informasi yang lebih unggul dibanding metode NDT lain seperti UT. Permasalahan utama dari metode ini adalah pengambilan sample dapat menjadi inisiator crack, sehingga tidak memungkinkan untuk dapat dilakukan. Pada lokasi atau item - item kritis jauh lebih aman digunakan metode UT. Kelemahan lain dari metode ini adalah pada material yang terpajan gradient temperatur, seperti pada material dengan ketebalan. Karena ada perbedaan struktur mikro oleh pengaruh lingkungan yang berbeda, menyebabkan akurasi sample uji tidak mewakili secara keseluruhan gradient. 

Rabu, 01 April 2015


Semarang, JMOL – Indonesia akan mengembangkan Laboratorium Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Serpong, Provinsi Banten. Hal itu diungkapkan oleh Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Muhammad Nasir, di sela kunjungannya di Universitas Negeri Semarang.
“Di Serpong (laboratorium PLTN, red) ini sudah DED (detail engineering design), uji tapak sudah, visibilitas juga sudah. Pada 2016 mendatang, sudah mulai pembangunan,” kata Nasir, Senin (30/3). Pembangunan laboratorium PLTN di Serpong, menurut dia untuk memberikan edukasi dan tahap awal pemahaman terhadap masyarakat akan pentingnya tenaga nuklir sebagai energi alternatif yang aman dan efisien.
“Kami ingin berinovasi melalui laboratorium PLTN untuk memberikan edukasi pada masyarakat. Ini sudah masuk anggaran. Harapannya, bisa memberikan pemahaman bahwa nuklir itu aman dan efisien,” papar dia.
Jika ada penolakan dari masyarakat, dikatakan Nasir, ia mengaku siap menjelaskan kepada masyarakat bahwa nuklir sudah menjadi kebutuhan pokok negara-negara lainnya. Tidak hanya negara maju, tetapi juga negara berkembang. “Nuklir sudah menjadi kebutuhan pokok dunia, bukan hanya Indonesia. Bangladesh sudah membangun, Vietnam juga sudah. Kalau kita tidak cepat, Indonesia akan jadi negara terbelakang.”
Ia menjelaskan, nuklir bisa menjadi sumber energi alternatif yang aman dan efisien bagi masyarakat. Apalagi, menurut dia, di tengah naiknya harga bahan bakar minyak sebagai energi yang bersumber dari fosil.
Nasir menegaskan akan akan segera berkoordinasi dengan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan Kementerian PPN/Bappenas untuk meninjau ulang lokasi di Bangka Belitung dan Jepara. “Kami akan berkoordinasi dengan Menteri ESDM dan Bappenas untuk mengecek di Babel dan Jepara. Yang di Jepara, kami akan berkoordinasi dengan gubernur untuk sosialisasi pada masyarakat,” pungkas Nasir.[ANDRI]

Selasa, 31 Maret 2015



Jakarta, EnergiToday -- Perwakilan Bank Indonesia wilayah Sulawesi Tenggara, menyatakan kinerja sektor tambang dan industri olahan mendorong peningkatan ekonomi di daerah itu pada triwulan pertama tahun 2015.

Kepala Perwakilan BI Wilayah Sulawesi Tenggara (Sultra), Dian Nugraha, di Kendari, seperti dilaporkan Antaranews mengatakan, dengan meningkatnya produksi hasil pertambangan berupa nikel dan peningkatan industri olahan makanan tepung terigu di daerah itu, berdampak pada perningkatan kinerja ekonomi setempat.

"Meningkatnya hasil pertambangan ini juga disebabkan oleh mulai beroperasinya beberapa smelter yang ada selain itu juga dipengaruhi oleh peningkatan dan penambahan produksi PT Antam," ujarnya.

Ia menambahkan, peningkatan produksi sektor pertambangan tersebut juga berdampak pada membaiknya kinerja ekspor khusunya komoditas nikel olahan. (hs/an)

Minggu, 29 Maret 2015


Jakarta, EnergiToday -- Kementerian Perdagangan telah menerbitkan Permen­dag No 04/M-DAG/PER/1/2015 tentang kewajiban meng­gunakan Letter of Credit (L/C) bagi ekspor produk pertam­bangan, minyak dan gas bumi (migas), minyak sawit men­­tah (CPO), serta batu bara mulai 1 April 2015.

"Penjualan migas itu, pertama pembelinya sedikit, kedua mereka pembeli dalam jangka panjang yang selama ini terbukti bonafit, ketiga dari sisi keamanan seluruh transaksi migas dicatat berlipat-lipat dan berlapis-lapis. SKK Migas catat, Bank Indonesia catat juga, Bea Cukai juga, seluruhnya secara kontrol sudah sangat aman," ungkap Menteri ESDM, Sudirman Said, seperti dikutip dalam Bisnis.com, Sabtu (28/3).


Sudirman mengatakan, Kementerian ESDM akan me­minta izin untuk ada pengecualian bagi penjualan atau ekspor migas. (id/bc)

Jumat, 27 Februari 2015


Jakarta, EnergiToday -- Industri baja Indonesia sedang diambang kebangkrutan. Untuk itu, pemerintah perlu mengambil langkah menanggapi hal tersebut.

"Bahwa industri baja kita, kalau dibilang cukup sekarat, ambil langkah industri dalam negeri. Perlu masih pendalaman beberapa kebijakan," kata Menteri Perindustrian Saleh Husin saat ditemui di Kementerian Koordinator (Kemenko) Perekonomian, Jakarta, seperti dikutip dalamKabar Energi.com, Senin (23/2).
Dia mengatakan, perlu ada kajian agar industri baja dapat tumbuh sehat. Sehingga pihaknya akan mengusulkan tarif bea masuk sebesar 15%. Menurut dia, selama ini ada beban yang sangat tinggi dari sektor energi. Hal inilah yang kerap menjadi keluhan para pelaku industri.

Sebelumnya, Saleh Husin dan Menko Perekonomian Sofyan Djalil telah melakukan rapat koordinasi (rakor) terkait hal tersebut. Namun, kesemuanya masih perlu dikaji lebih dalam lagi. (wy/ke)

Kamis, 26 Februari 2015

Mengukur ketebalan pipa di dalam tanah dengan metode LRUT

Diangkat oleh Aminudin Zuhri pada 11.30
Dari penerapan metode UT, dasar teknologinya adalah memanfaatkan perbedaan kerambatan sinyal ultrasonik terhadap suatu substrat/material. Apakah mungkin, menerapkan metode UT untuk memperoleh citra objek di dalam permukaan tanah. Sebagai contoh, pipa yang ditanam di bawah permukaan. Tentu kita tidak sedang berbicara tentang bagaimana mendeteksi suatu objek tak diketahui di dalam tanah sebgaimana dilakukan oleh para arkeolog. Karena akan banyak hambatan untuk menggunakan sinyal ultrasonik; baik karena sulitnya melakukan coupling antara transmitter/sensor dan media perambatan, kecepatan rambat sinyal yang berbeda tergantung jenis tanah, dan tentu sinyal echo dengan intensitas tinggi sebagai akibat dari hambatan - hambatan tersebut. Akan lebih mudah jika digunakan metode Ground-pentrating Radar (GPR) yang memanfaatkan gelombang elektromagnetik pada frekuensi UHF/VHF daripada metode UT. 

Aplikasi metode RBI, telah memberikan kontribusi yang luar biasa dalam menekan beberapa pekerjaan yang yang tidak perlu. Sehingga biaya operasional dapat ditekan, yaitu dengan menitik-beratkan inspeksi pada daerah kritis pada jaringan pipa. Metode UT sederhana tidak disarankan untuk proses inspeksi pipa di dalam permukaan tanah. Tetapi digunakan Guided Waves; sinyal ultrasonik dengan frkuensi di bawah 100 kHz yang dirambatkan pada objek mengikuti dimensi ketebalan. Pada titik/daerah kritis yang telah dipilih, inspkesi dilakukan seperti ditunjukkan pada gambar berikut. Gambar a mununjukkan kerja metode UT sederhana dan Gambar b sebagai ilustrasi metode Long Range UT (LRUT). 


Sebuah transduser array dipasang dengan sistem pneumatik/mekanikal pada pipa dalam kondisi kering. Sinyal dirambatkan dengan metode pulse-echo, dari transducer tersebut secara bersamaan dengan sinyal balik yang diterima oleh transducer baik karena batas ujung/dinding material atau karena cacat. Perambatan dapat dilakukan sampai 100 meter (50 - 50 meter) untuk pipa dengan kondisi baik dan tidak banyak variasi geometri (perubahan arah, lubang drain, valve, ventilasi, dll), dan turun menjadi 20 meter untuk pipa yang sudah sangat berkarat. Dengan metode ini, dapat dideteksi cacat sebesar 5% dari luasan atau untuk pipa dengan tipikal dimensi seragam antara 1 - 5% dari luasan area. Selain menggunakan transduser array, beberapa LRUT juga menggunakan transduser dari material jenis piezoelektrik atau magnetostrictive.

Ilustri pemasangan transducer array
  Sejarah penggunaan LRUT awalnya untuk mengukur korosi yang terjadi di bawah permukaan terinsulasi pada aplikasi pabrik petrokimia. Yang kemudian digunakan secara luas untuk inspeksi pipa yang sulit dijangkau dengan menggunakan UT sederhana. Dari hasil analisa LRUT, selanjutnya dapat dihitung RLA (Remaining Life Assessment) berdasarkan standard APIRP574 atau ASME B31.3. Contoh hasil analisa data inspeksi LRUT dapat dilihat pada ilustri di bawah. Kelemahan dari LRUT berhubungan dengan jenis material yang menutupi objek, terutama material yang cenderung attenuative. Sebagai contoh jika pipa dilapisi material coating jenis bitumen/aspal. Selain itu, untuk geometri yang cenderung tidak uniform juga akan menyulitkan analisa data hasil inspeksi. Sehingga dibutuhkan operator yang ahli untuk melakukan inspeksi dengan LRUT. diadaptasi dari www.ndt.net

Rabu, 25 Februari 2015


Jakarta, EnergiToday -- Pemerintah akan memberikan insentif bagi perusahaan tambang yang akan mengembangkan pabrik pemurnian dan pengolahan konsentrat atau smelter tembaga nasional. Insentif tersebut berupa izin ekspor hingga pajak.

Direktorat Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, R Sukhyar mengatakan pihaknya akan merevisi Peraturan Menteri ESDM Nomor 1 Tahun 2014 tentang kriteria Peningkatan nilai Tambah Material. Nantinya, Kata dia, perusahaan tambang dapat mengekspor bijih mineral asal memiliki smelter atau berencana bangun smelter hingga 2017.

Selain itu, ada dua pilihan insentif pajak yang akan diberikan yakni peluang tax holidayatau tax allowance. "Ini masih dalam tahap pembahasan," ujar R. Sukhyar seperti dilaporkan Harian Republika, Senin (23/2). Sebelumnya, pemerintah berencana membangun smelter tembaga nasional yang melibatkan empat Kontrak Karya (KK) dan 68 pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP).

Rapat pembahasan mengenai smelter tersebut digelar dengan empat pemegang KK pada Jumat (20/2) di Ditjen Minerba Kementerian ESDM. Hingga rapat tersebut berakhir, pembahasan teknis pembangunan smelter belum menemui titik temu. (fd/hr)

Senin, 23 Februari 2015

Seperti telah dijelaskan dalam artikel sebelumnya, langkah untuk menghitung kebutuhan suplai air adalah menentukan Performa Pemanasan. Antara lain sebagai berikut:

1. Desainer harus mempertimbangkan permintaan normal ketika memilih pemanas, termasuk permintaan sekali waktu yang mungkin mempengaruhi proses pemanasan ulang dari suatu sistem. Pertimbangkan kondisi berikut sebagai acuan;
a) Jika temperatur tetap adalah penting, naikkan nilai kapasitas normal atau pilih pemanas dengan kapasitas besar. Dengan asumsi efisiensi dari pemanas kurang dari 10% dan penurunan temperatur 1 ˚C dapat diterima.
b) Jika volume tetap adalah penting, naikkan ukuran tangki agar tersedia cukup air panas secara instan.

2. Periode permintaan harus dipertimbangkan dari kebutuhan saat puncaknya. Antara lain yang perlu dipertimbangkan;
a) Pilih kapasitas normal maksimum dan kapasitas cadangan minimum, jika periode permintaan lebih lama dari 3 atau 4 jam. Sehingga kapasitas cadangan yang ada didesain untuk mampu menyediakan cukup air panas pada periode puncak.
b) Pilih kapasitas normal minimum dan kapasitas cadangan maksimum, jika periode permintaan kurang dari 3 atau 4 jam sehingga dapat dipastikan pemanas mampu memanaskan seluruh isi tangki sebelum permintaan berikutnya.

Contoh:
Suatu Pemanas Air mempunyai tangki 350 liter dengan efisiensi 70% dipilih dalam sebuah sistem dengan periode permintaan 1 jam dan periode permintaan 8 jam. Kapasitas normal pemanas 0.65 m³/jam (temperatur 35 ˚C), memberikan; (Lihat ilustrasi)


Setelah kita mengetahui performa pemanasan yang diinginkan, berikut beberapa langkah untuk memilih peralatan sesuai dengan kapasitas kebutuhan. Didalam sistem pemanasan air, konsep utamanya adalah untuk selalu merujuk Normalisasi (recovery) dan Permintaan. Normalisasi adalah Performansi Pemanas dan Permintaan adalah Performansi dari Tangki Cadangan.

1) Tabel. 1 menunjukkan contoh kapasitas pemanas untuk menaikkan temperatur air beberapa derajad. Data tersebut diberikan oleh Pembuat beserta data efisiensi dari peralatan pemanas air.


2) Tangki Cadangan terdiri dari campuran air dingin dan air panas, proses pemanasan yang terjadi tergantung dari efisiensi tangki, dan kehilangan panas terhadap lingkungan dipenuhi kembali. Akan tetapi, air panas dari recovery/pemanas tidak akan diperoleh pada tangki cadangan sebelum kebutuhan permintaan telah dipenuhi.


Jika efisiensi tangki tidak diketahui, desainer dapat menggunakan nilai 70% (penurunan temperatur 2 ˚C dapat diterima) atau nilai 60% (temperatur yang lebih presisi). Dan pada akhirnya, temperatur normal (recovery) harus diatur agar lebih tinggi dari temperatur pada pengguna akhir (pertimbangkan juga penurunan temperatur pada tangki cadangan). Lihat Gambar. 1 untuk ide umumnya. Jumlah air panas siap pakai, efisiensi tangki cadangan, dan ukuran tangki yang dipilih, diperlihatkan pada rumus berikut;

Ukuran Tangki = Jumlah Air Panas Siap pakai : Efisiensi Tangki Cadangan

Catatan:
Tiap penurunan temperatur pada instalasi juga harus menjadi pertimbangan.

diadaptasi dari PVI dan AO Smith.

Kamis, 12 Februari 2015


Jumlah potensi permintaan air panas yang dihitung dari sistem air panas, digunakan untuk menentukan desain suplai air panas saat memilih water heater (pemanas). Perkiraan tersebut juga termasuk kebutuhan tambahan yang mungkin ada saat kondisi tidak biasa, terhadap pemakaian air panas. Kemudian semua kebutuhan yang
telah direncanakan dimasukkan dalam profil operasi, pada periode permintaan dan periode normalisasi (recovery).

Kebutuhan tambahan terhadap air panas selama periode permintaan dan normalisasi ditentukan untuk menghitung kapasitas tangki cadangan dan/ kapasitas normal. Sehingga setelah periode puncak, sejumlah tertentu air panas masih tersedia, untuk permintaan air panas saat itu juga.

Ilustrasi profil operasi biasanya terlihat sebagai profil berselang dan profil kontinyu seperti pada gambar berikut. Walaupun sebenarnya profil operasi tersebut hanya didasarkan pada kondisi umum yang terjadi di lapangan. Gambar. 1 memperlihatkan pola permintaan normal dalam satu hari, yang dipisahkan dengan waktu normalisasi 8 dan 12 jam.

Profil tersebut menunjukkan bahwa antara permintaan sekali waktu dan permintaan terus menerus (periode permintaan dan normal) dipisahkan oleh selang waktu 3 atau 4 jam, yang mana yang lebih lama. Permintaan sekali waktu adalah periode dimana suplai hanya mengandalkan ukuran tangki untuk memenuhi permintaan air panas pada periode puncak. Jumlah permintaan inilah yang digunakan untuk menentukan ukuran tangki. 

Kapasitas normal dari pemanas ditunjukkan oleh periode permintaan terus menerus, memperlihatkan kemampuan pemanas untuk menyediakan air panas pada periode normal. Yang hanya dipenuhi dari kapasitas pemanas. Gambar. 2 menggambarkan kerja langsung dua shift sehari untuk keperluan sebuah industri pemrosesan. Jika ditentukan laju alir maksimum 0.8 m³/h digunakan dalam sistem suplai air panas, pada periode normal pemanas harus mampu menyediakan cukup suplai air panas secara instan. Ini artinya semua suplai pada periode permintaan dipenuhi dari tangki cadangan, dan dipastikan pemanas mampu membantu suplai permintaan yang tidak biasa.

diadaptasi dari PVI dan AO Smith.

Minggu, 01 Februari 2015

Senin, 06 April 2015 Jakarta.

Afrika Selatan berkeinginan untuk melakukan kerjasama dibidang pertahanan secara lebih dekat lagi dengan Indonesia atas dasar kesamaan. Kesamaan kedua negara itu baik sisi sejarah, kultur budaya serta kekuatan ekonomi dan kekuatan militer terbesar yang ada di wilayah Afrika dan di Asia Tenggara.
Demikian dikatakan Dubes Afrika Selatan untuk Indonesia, PA. Sifuba, Kamis (2/4) di Kantor Kemhan, Jakarta saat melakukan pertemuan dengan Menteri Pertahanan RI, Ryamizard Ryacudu
Dubes menuturkan, terlebih lagi kerjasama pertahanan RI dan Afrika Selatan telah didasari oleh penandatanganan MoU yang dilakukan pada tahun 2008 lalu. Kerjasama berjalan dari waktu ke waktu dan ditandai saling kunjungan beberapa pejabat pertahanan dan kelompok industri pertahanan dari kedua negara.
Menurut Dubes Sifuba, Afrika Selatan memiliki kompetensi di bidang industri pertahanan yang kuat dan modern serta menghasilkan produk militer yang baik. “Beberapa negara di Afrika dan Timur Tengah juga sudah menggunakan, serta termasuk untuk membantu Indonesia dalam kepentingan misi perdamaian PBB,” Kata Dubes Afrika Selatan yang bertugas di Indonesia sejak awal 2014 tersebut.
Disela-sela perbincangan, Dubes memberikan apresiasi kepada kebijakan pertahanan yang dikeluarkan Menhan salah satunya mengenai strategi untuk memperkuat poros maritim di wilayah Indonesia. Sehubungan dengan itu menurut Dubes, Afrika Selatan memiliki pengalaman yang cukup baik dan industri kemaritiman yang cukup kuat, oleh dasar itu pihak Afrika Selatan ingin berbagi pengalaman dan pengetahuan dengan Indonesia.
Pada kesempatan pertemuan tersebut Dubes Sifuba menyampaikan kepada Menhan, bahwa Presiden Afrika Selatan Jacob Zuma direncanakan akan melakukan kunjungan kenegaraan ke Indonesia dan ikut hadir dalam Konfrensi Asia Afrika ke-60 yang diselenggarakan pada tanggal 19-24 April 2015 di Jakarta dan di Bandung. Saat kunjungan kenegaraannya Presiden Afrika Selatan juga menginginkan berkunjung ke beberapa industri peralatan militer di Indonesia. kunjungan ini dimaksudkan untuk mencari peluang dalam meningkatkan hubungan kerjasama pertahanan kedua negara.
Sementara Menteri Pertahanan Afrika Selatan Nosiviwe Naluthando Mapisa-Nqakula yang akan mendampingi Presiden Afrika Selatan juga direncanakan akan melakukan kunjungan kehormatan kepada Menhan RI. Pertemuan antar Menhan tersebut digunakan untuk membahas masalah-masalah yang menyangkut kepentingan bersama guna memperkuat hubungan bilateral pemerintah Afrika Selatan dan Indonesia.
Sementara itu Menhan RI Ryamizard Ryacudu merespon sangat baik atas rencana kunjungan Menhan Afrika Selatan ke Indonesia tersebut. Pihaknya akan menjadwalkan pertemuan kedua Menhan serta menyusun bahan pembahasan yang akan dibicarakan saat kunjungan Menhan Afrika Selatan nanti. Menhan, Ryamizard Ryacudu berharap pertemuan tersebut dapat berjalan dengan baik.

Jumat, 30 Januari 2015


Jakarta, EnergiToday -- Pemerintah tidak mempunyai ketegasan dalam menghadapi PT Freeport yang ditunjukkan melalui perpanjangan kerja sama dengan perusahaan tersebut.

Ekonom dari Universitas Brawijaya (UB) Malang, Jawa Timur, Ahmad Erani Yustika mengatakan perpanjangan kontrak kerja Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dengan PT Freeport untuk durasi enam bulan ke depan seharusnya tak perlu dilakukan karena banyak hal yang diingkari oleh perusahaan asing yang mengeksplorasi tambang emas di Papua ini.

Guru besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UB itu mengatakan hingga saat ini PT Freeport belum juga membangun smelter di Papua, padahal kewajiban itu seharusnya sudah direalisasikan sejak lima tahun lalu.

Di bidang perminyakan saja, puluhan perusahaan yang tidak taat aturan, belum lagi perusahaan besar dan kecil yang bergerak di bidang sumber daya alam lainnya, seperti batubara, gas, alumunium, dan timah. Oleh karena itu, ia menginginkan pemerintah atau pihak manapun tidak sampai melakukan pelemahan terhadap fungsi para penegak hukum, termasuk lembaga khusus yang menangani korupsi, yakni Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). "Selain itu, perusahaan tersebut harus bertanggung jawab terhadap pembangunan industri di Papua, yakni membangun industri hilir berbasis tembaga karena lebih mudah ketimbang PT Freeport membangun smelter," tutur Ahmad, seperti dikutip dalam Analisadaily.com, Rabu (28/01). (id/ad)

Kamis, 22 Januari 2015

Pengunaan Eddy current dalam industri sudah umum karena keunggulannya dalam mendeteksi cacat subsurface pada logam yang konduktif, dalam praktis pengujian NDT tradisional yang memanfaatkan sifat elektromagnetis. Dasar dari banyak peralatan NDT (juga pada UT, Radiography, Dye Penetrant) yang memanfaatkan sifat - sifat fisika material. Karena perlakuan yang disyaratkan cukup komplek untuk dapat dihasilkan inspeksi yang akurat, metode - metode tersebut semakin terbatas pemakaiannya seiring dengan kebutuhan industri yang semakin inovatif. BFET (Balanced Field Electromagnetic Technique) adalah teknologi terkini yang bekerja seperti scanner tanpa memerlukan preparasi yang rumit dan kompleks. Batasan BFET dapat digunakan sampai kedalaman permukaan 0,375" atau 9,5 mm dan sudah diaplikasikan untuk inspeksi Tangki, Piping, Tube Stub, Drum, Column, Dryer, Heat Exchanger Shell, dan banyak peralatan industri lain. Metode lain yang mirip dengan BFET adalah ACFM (Alternating current field measurement) yang mengkombinasikan keuntungan dari teknik ACPD (Alternating Current Potential Drop) dan ECT  (Eddy Current Testing). 

Prinsip dasar dari BFET adalah memanfaatkan sinyal elektromagnetik yang dihasilkan oleh coil yang disusun sedemikian rupa pada sumbu x dan z (potensial pada 0 satu sama lain). Coil pada bidang x berfungsi sebagai penghasil sinyal dan coil pada bidang z sebagai sensor penerima menghasilkan fluks yang seragam dan stabil. Seperti terlihat pada gambar, ketika terdapat cacat pada logam, fluks akan terganggu sehingga menghasilkan informasi adanya cacat.



Kelebihan dari sifat elektromagnetik, tidak diperlukan syarat khusus pada permukaan yang akan diinspeksi, baik pada permukaan yang dilapisi cat, epoxy maupun rubber lining misalnya. Karena pada dasarnya sensor probe tidak harus kontak langsung dengan material yang diinspeksi. BFET dapat diaplikasikan sampai dengan 1 ft/sec sepanjang material uji. Sensor probe (Hawk-eye Probe) tipe sederhana mampu mendeteksi sampai kedalaman 0,125" (3 mm), seukuran pensil dan dapat dibentuk (machining) untuk mendapatkan sudut sesuai permukaan material uji. Juga dapat dibuat dari bahan keramik yang memungkinkan untuk inspeksi pada temperatur sampai 500 derajad Fahrenheit (260 derajad celcius).


Sensor Probe juga dapat digunakan secara paralel untuk mendapatkan hasil inspeksi lebih lebar atau pada sisi radial (Piping) dalam satu waktu sepanjang L. Data disajikan secara real-time, memudahkan untuk menandai lokasi cacat. Yang perlu diperhatikan dalam melakukan inspeksi yaitu agar selama pergerakan probe dapat berjalan dengan halus tanpa gangguan. Sehingga desain probe juga sangat penting dalam proses scanning dengan BFET. diadaptasi dari testex-ndt.com.

Hasil Scanning dengan BFET, Cacat diindikasikan dalam 3D Color Display



  • Hubungi Kami

    Office:

    Suradita Residence
    Jl. Chery Blok C5-18
    Suradita Serpong 15310

  • Kotak Info

    Mobile:

    +62 812 8905 3950

    Mail:
    info@metalink.co.id
  • Histats