Kamis, 13 Februari 2014

Dye Penetrant Test | Prosedur Visual Testing

Diangkat oleh Aminudin Zuhri pada 21.45


Proses uji dengan metode DPT memang pada dasarnya adalah pengembangan uji visual. Dengan bantuan material dye penetrant, karena pengamatan visual kadang terbatas oleh sifat optis spesimen atau keterbatasan pengamat. Prinsip yang digunakan adalah memanfaatkan sifat kaplilaritas pada celah kapiler. Sehingga syarat utama pengujian DPT adalah sifat spesimen yang tidak menyerap dye penetrant. Cairan yang telah terhisap dalam celah kapiler kemudian dikuatkan dengan menambah cairan developer yang mempunyai daya kapilaritas yang lebih besar, memunculkan indikasi pada lokasi cacat.

Cara kerja DPT secara standard sebagai berikut:
  • Permukaan yang diperiksa dibersihkan dari kontaminan yang mungkin menyumbat/menutupi celah
  • Permukaan yang bersih dilapisi oleh cairan penetran dalam waktu tertentu agar cairan penetran dapat masuk kedalam celah. Pelapisan dapat dilakukan melalui penyemprotan pengolesan atau pencelupan.
  • Sisa cairan penetran di permukaan yang tidak masuk kedalam celah dibersihkan
  • Permukaan dilapisi developer untuk menyedot ke luar cairan penetran yang berada dalam celah, agar menghasilkan indikasi
  • Permukaan diinspeksi secara visual untuk dideteksi adanya indikasi
  • Benda uji dicuci/dibersihkan, bila perlu diberi perlakuan anti karat
Karena prinsip pengujian yang visual, terdapat dua jenis tipe DPT yang umum digunakan. Yaitu DPT dengan cairan Fluorescent yang membutuhkan paparan sinar ultra violet untuk melakukan inspeksi. Atau tipe Non-fluorescent yang menggunakan warna kontras dan hanya mengandalkan pengamatan visual (mata telanjang).


Jenis cairan DPT juga dapat dibedakan sesuai proses cleaning setelah DPT selesai dilakukan. Jenis pertama dimulai dari yang mudah dibersihkan dengan menggunakan air, atau water washable. Karakter cairan tipe ini memiliki daya penetrasi tinggi, mudah melarutkan zat warna, tetap stabil dalam berbagai kondisi suhu dan kondisi kerja. Terdiri dari minyak untuk penetrasi, zat warna, zat peng-emulsi, dan zat penyetabil. Dengan keuntungan sifat tersebut, tipe water washable adalah yang paling ekonomis untuk digunakan.

Jenis kedua adalah tipe Post Emulsified, yang memisahkan zat emulsi dari cairan penetrant. Zat Emulsi diaplikasikan pada permukaan yang telah diuji dengan sapuan kuas, dan dibilas dengan air seperti pada water washable. Baik yang bersifat lipophilic maupun hydrophilic, walaupun pada umumnya jenis lipophilic sudah ditinggalkan karena keuntungan pada jenis hydrophilic yang sedikit terpengaruh oleh variasi kontak pada pemurkaan uji dan variasi waktu terjadinya proses emulsi. Dengan demikian lebih mudah dalam aplikasi atau pemakaiannya di lapangan.

Tipe lain, solvent removable, yang diaplikasikan pada pengujian dengan dua tahap kerja. Cairan penetrant DPT diaplikasikan seperti biasa, kemudian dilap dengan kain kering untuk melakukan aplikasi tahap kedua dengan solvent. Sehingga pada penggunaan tipe ini sebaiknya untuk inspeksi pada spot yang kecil, karena memang tidak ekonomis terhadap biaya SDM (labour). Dan juga perlu dihindari pemakaian solvent yang berlebihan agar tidak semua penetrant terhisap oleh solvent. Ada tiga jenis tipe solvent removable, berdasarkan titik nyala rendah atau tinggi, atau solvent removable yang tidak dapat terbakar.

Dengan berurutan, contoh aplikasi cairan penetrant di atas adalah, gunakan tipe water washable jika spesimen uji berukuran besar dan tidak mensyaratkan sensitivitas tinggi. Atau gunakan tipe post Emulsified yang lebih sensitif. Dan jika tidak dimungkinkan untuk penggunaan air, maka tipe solvent removable.
Kategori: ,

0 comments:

Posting Komentar

  • Hubungi Kami

    Office:

    Suradita Residence
    Jl. Chery Blok C5-18
    Suradita Serpong 15310

  • Kotak Info

    Mobile:

    +62 812 8905 3950

    Mail:
    info@metalink.co.id
  • Histats