Jumat, 27 Februari 2015


Jakarta, EnergiToday -- Industri baja Indonesia sedang diambang kebangkrutan. Untuk itu, pemerintah perlu mengambil langkah menanggapi hal tersebut.

"Bahwa industri baja kita, kalau dibilang cukup sekarat, ambil langkah industri dalam negeri. Perlu masih pendalaman beberapa kebijakan," kata Menteri Perindustrian Saleh Husin saat ditemui di Kementerian Koordinator (Kemenko) Perekonomian, Jakarta, seperti dikutip dalamKabar Energi.com, Senin (23/2).
Dia mengatakan, perlu ada kajian agar industri baja dapat tumbuh sehat. Sehingga pihaknya akan mengusulkan tarif bea masuk sebesar 15%. Menurut dia, selama ini ada beban yang sangat tinggi dari sektor energi. Hal inilah yang kerap menjadi keluhan para pelaku industri.

Sebelumnya, Saleh Husin dan Menko Perekonomian Sofyan Djalil telah melakukan rapat koordinasi (rakor) terkait hal tersebut. Namun, kesemuanya masih perlu dikaji lebih dalam lagi. (wy/ke)

Kamis, 26 Februari 2015

Mengukur ketebalan pipa di dalam tanah dengan metode LRUT

Diangkat oleh Aminudin Zuhri pada 11.30
Dari penerapan metode UT, dasar teknologinya adalah memanfaatkan perbedaan kerambatan sinyal ultrasonik terhadap suatu substrat/material. Apakah mungkin, menerapkan metode UT untuk memperoleh citra objek di dalam permukaan tanah. Sebagai contoh, pipa yang ditanam di bawah permukaan. Tentu kita tidak sedang berbicara tentang bagaimana mendeteksi suatu objek tak diketahui di dalam tanah sebgaimana dilakukan oleh para arkeolog. Karena akan banyak hambatan untuk menggunakan sinyal ultrasonik; baik karena sulitnya melakukan coupling antara transmitter/sensor dan media perambatan, kecepatan rambat sinyal yang berbeda tergantung jenis tanah, dan tentu sinyal echo dengan intensitas tinggi sebagai akibat dari hambatan - hambatan tersebut. Akan lebih mudah jika digunakan metode Ground-pentrating Radar (GPR) yang memanfaatkan gelombang elektromagnetik pada frekuensi UHF/VHF daripada metode UT. 

Aplikasi metode RBI, telah memberikan kontribusi yang luar biasa dalam menekan beberapa pekerjaan yang yang tidak perlu. Sehingga biaya operasional dapat ditekan, yaitu dengan menitik-beratkan inspeksi pada daerah kritis pada jaringan pipa. Metode UT sederhana tidak disarankan untuk proses inspeksi pipa di dalam permukaan tanah. Tetapi digunakan Guided Waves; sinyal ultrasonik dengan frkuensi di bawah 100 kHz yang dirambatkan pada objek mengikuti dimensi ketebalan. Pada titik/daerah kritis yang telah dipilih, inspkesi dilakukan seperti ditunjukkan pada gambar berikut. Gambar a mununjukkan kerja metode UT sederhana dan Gambar b sebagai ilustrasi metode Long Range UT (LRUT). 


Sebuah transduser array dipasang dengan sistem pneumatik/mekanikal pada pipa dalam kondisi kering. Sinyal dirambatkan dengan metode pulse-echo, dari transducer tersebut secara bersamaan dengan sinyal balik yang diterima oleh transducer baik karena batas ujung/dinding material atau karena cacat. Perambatan dapat dilakukan sampai 100 meter (50 - 50 meter) untuk pipa dengan kondisi baik dan tidak banyak variasi geometri (perubahan arah, lubang drain, valve, ventilasi, dll), dan turun menjadi 20 meter untuk pipa yang sudah sangat berkarat. Dengan metode ini, dapat dideteksi cacat sebesar 5% dari luasan atau untuk pipa dengan tipikal dimensi seragam antara 1 - 5% dari luasan area. Selain menggunakan transduser array, beberapa LRUT juga menggunakan transduser dari material jenis piezoelektrik atau magnetostrictive.

Ilustri pemasangan transducer array
  Sejarah penggunaan LRUT awalnya untuk mengukur korosi yang terjadi di bawah permukaan terinsulasi pada aplikasi pabrik petrokimia. Yang kemudian digunakan secara luas untuk inspeksi pipa yang sulit dijangkau dengan menggunakan UT sederhana. Dari hasil analisa LRUT, selanjutnya dapat dihitung RLA (Remaining Life Assessment) berdasarkan standard APIRP574 atau ASME B31.3. Contoh hasil analisa data inspeksi LRUT dapat dilihat pada ilustri di bawah. Kelemahan dari LRUT berhubungan dengan jenis material yang menutupi objek, terutama material yang cenderung attenuative. Sebagai contoh jika pipa dilapisi material coating jenis bitumen/aspal. Selain itu, untuk geometri yang cenderung tidak uniform juga akan menyulitkan analisa data hasil inspeksi. Sehingga dibutuhkan operator yang ahli untuk melakukan inspeksi dengan LRUT. diadaptasi dari www.ndt.net

Rabu, 25 Februari 2015


Jakarta, EnergiToday -- Pemerintah akan memberikan insentif bagi perusahaan tambang yang akan mengembangkan pabrik pemurnian dan pengolahan konsentrat atau smelter tembaga nasional. Insentif tersebut berupa izin ekspor hingga pajak.

Direktorat Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, R Sukhyar mengatakan pihaknya akan merevisi Peraturan Menteri ESDM Nomor 1 Tahun 2014 tentang kriteria Peningkatan nilai Tambah Material. Nantinya, Kata dia, perusahaan tambang dapat mengekspor bijih mineral asal memiliki smelter atau berencana bangun smelter hingga 2017.

Selain itu, ada dua pilihan insentif pajak yang akan diberikan yakni peluang tax holidayatau tax allowance. "Ini masih dalam tahap pembahasan," ujar R. Sukhyar seperti dilaporkan Harian Republika, Senin (23/2). Sebelumnya, pemerintah berencana membangun smelter tembaga nasional yang melibatkan empat Kontrak Karya (KK) dan 68 pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP).

Rapat pembahasan mengenai smelter tersebut digelar dengan empat pemegang KK pada Jumat (20/2) di Ditjen Minerba Kementerian ESDM. Hingga rapat tersebut berakhir, pembahasan teknis pembangunan smelter belum menemui titik temu. (fd/hr)

Senin, 23 Februari 2015

Seperti telah dijelaskan dalam artikel sebelumnya, langkah untuk menghitung kebutuhan suplai air adalah menentukan Performa Pemanasan. Antara lain sebagai berikut:

1. Desainer harus mempertimbangkan permintaan normal ketika memilih pemanas, termasuk permintaan sekali waktu yang mungkin mempengaruhi proses pemanasan ulang dari suatu sistem. Pertimbangkan kondisi berikut sebagai acuan;
a) Jika temperatur tetap adalah penting, naikkan nilai kapasitas normal atau pilih pemanas dengan kapasitas besar. Dengan asumsi efisiensi dari pemanas kurang dari 10% dan penurunan temperatur 1 ˚C dapat diterima.
b) Jika volume tetap adalah penting, naikkan ukuran tangki agar tersedia cukup air panas secara instan.

2. Periode permintaan harus dipertimbangkan dari kebutuhan saat puncaknya. Antara lain yang perlu dipertimbangkan;
a) Pilih kapasitas normal maksimum dan kapasitas cadangan minimum, jika periode permintaan lebih lama dari 3 atau 4 jam. Sehingga kapasitas cadangan yang ada didesain untuk mampu menyediakan cukup air panas pada periode puncak.
b) Pilih kapasitas normal minimum dan kapasitas cadangan maksimum, jika periode permintaan kurang dari 3 atau 4 jam sehingga dapat dipastikan pemanas mampu memanaskan seluruh isi tangki sebelum permintaan berikutnya.

Contoh:
Suatu Pemanas Air mempunyai tangki 350 liter dengan efisiensi 70% dipilih dalam sebuah sistem dengan periode permintaan 1 jam dan periode permintaan 8 jam. Kapasitas normal pemanas 0.65 m³/jam (temperatur 35 ˚C), memberikan; (Lihat ilustrasi)


Setelah kita mengetahui performa pemanasan yang diinginkan, berikut beberapa langkah untuk memilih peralatan sesuai dengan kapasitas kebutuhan. Didalam sistem pemanasan air, konsep utamanya adalah untuk selalu merujuk Normalisasi (recovery) dan Permintaan. Normalisasi adalah Performansi Pemanas dan Permintaan adalah Performansi dari Tangki Cadangan.

1) Tabel. 1 menunjukkan contoh kapasitas pemanas untuk menaikkan temperatur air beberapa derajad. Data tersebut diberikan oleh Pembuat beserta data efisiensi dari peralatan pemanas air.


2) Tangki Cadangan terdiri dari campuran air dingin dan air panas, proses pemanasan yang terjadi tergantung dari efisiensi tangki, dan kehilangan panas terhadap lingkungan dipenuhi kembali. Akan tetapi, air panas dari recovery/pemanas tidak akan diperoleh pada tangki cadangan sebelum kebutuhan permintaan telah dipenuhi.


Jika efisiensi tangki tidak diketahui, desainer dapat menggunakan nilai 70% (penurunan temperatur 2 ˚C dapat diterima) atau nilai 60% (temperatur yang lebih presisi). Dan pada akhirnya, temperatur normal (recovery) harus diatur agar lebih tinggi dari temperatur pada pengguna akhir (pertimbangkan juga penurunan temperatur pada tangki cadangan). Lihat Gambar. 1 untuk ide umumnya. Jumlah air panas siap pakai, efisiensi tangki cadangan, dan ukuran tangki yang dipilih, diperlihatkan pada rumus berikut;

Ukuran Tangki = Jumlah Air Panas Siap pakai : Efisiensi Tangki Cadangan

Catatan:
Tiap penurunan temperatur pada instalasi juga harus menjadi pertimbangan.

diadaptasi dari PVI dan AO Smith.

Kamis, 12 Februari 2015


Jumlah potensi permintaan air panas yang dihitung dari sistem air panas, digunakan untuk menentukan desain suplai air panas saat memilih water heater (pemanas). Perkiraan tersebut juga termasuk kebutuhan tambahan yang mungkin ada saat kondisi tidak biasa, terhadap pemakaian air panas. Kemudian semua kebutuhan yang
telah direncanakan dimasukkan dalam profil operasi, pada periode permintaan dan periode normalisasi (recovery).

Kebutuhan tambahan terhadap air panas selama periode permintaan dan normalisasi ditentukan untuk menghitung kapasitas tangki cadangan dan/ kapasitas normal. Sehingga setelah periode puncak, sejumlah tertentu air panas masih tersedia, untuk permintaan air panas saat itu juga.

Ilustrasi profil operasi biasanya terlihat sebagai profil berselang dan profil kontinyu seperti pada gambar berikut. Walaupun sebenarnya profil operasi tersebut hanya didasarkan pada kondisi umum yang terjadi di lapangan. Gambar. 1 memperlihatkan pola permintaan normal dalam satu hari, yang dipisahkan dengan waktu normalisasi 8 dan 12 jam.

Profil tersebut menunjukkan bahwa antara permintaan sekali waktu dan permintaan terus menerus (periode permintaan dan normal) dipisahkan oleh selang waktu 3 atau 4 jam, yang mana yang lebih lama. Permintaan sekali waktu adalah periode dimana suplai hanya mengandalkan ukuran tangki untuk memenuhi permintaan air panas pada periode puncak. Jumlah permintaan inilah yang digunakan untuk menentukan ukuran tangki. 

Kapasitas normal dari pemanas ditunjukkan oleh periode permintaan terus menerus, memperlihatkan kemampuan pemanas untuk menyediakan air panas pada periode normal. Yang hanya dipenuhi dari kapasitas pemanas. Gambar. 2 menggambarkan kerja langsung dua shift sehari untuk keperluan sebuah industri pemrosesan. Jika ditentukan laju alir maksimum 0.8 m³/h digunakan dalam sistem suplai air panas, pada periode normal pemanas harus mampu menyediakan cukup suplai air panas secara instan. Ini artinya semua suplai pada periode permintaan dipenuhi dari tangki cadangan, dan dipastikan pemanas mampu membantu suplai permintaan yang tidak biasa.

diadaptasi dari PVI dan AO Smith.

Minggu, 01 Februari 2015

Senin, 06 April 2015 Jakarta.

Afrika Selatan berkeinginan untuk melakukan kerjasama dibidang pertahanan secara lebih dekat lagi dengan Indonesia atas dasar kesamaan. Kesamaan kedua negara itu baik sisi sejarah, kultur budaya serta kekuatan ekonomi dan kekuatan militer terbesar yang ada di wilayah Afrika dan di Asia Tenggara.
Demikian dikatakan Dubes Afrika Selatan untuk Indonesia, PA. Sifuba, Kamis (2/4) di Kantor Kemhan, Jakarta saat melakukan pertemuan dengan Menteri Pertahanan RI, Ryamizard Ryacudu
Dubes menuturkan, terlebih lagi kerjasama pertahanan RI dan Afrika Selatan telah didasari oleh penandatanganan MoU yang dilakukan pada tahun 2008 lalu. Kerjasama berjalan dari waktu ke waktu dan ditandai saling kunjungan beberapa pejabat pertahanan dan kelompok industri pertahanan dari kedua negara.
Menurut Dubes Sifuba, Afrika Selatan memiliki kompetensi di bidang industri pertahanan yang kuat dan modern serta menghasilkan produk militer yang baik. “Beberapa negara di Afrika dan Timur Tengah juga sudah menggunakan, serta termasuk untuk membantu Indonesia dalam kepentingan misi perdamaian PBB,” Kata Dubes Afrika Selatan yang bertugas di Indonesia sejak awal 2014 tersebut.
Disela-sela perbincangan, Dubes memberikan apresiasi kepada kebijakan pertahanan yang dikeluarkan Menhan salah satunya mengenai strategi untuk memperkuat poros maritim di wilayah Indonesia. Sehubungan dengan itu menurut Dubes, Afrika Selatan memiliki pengalaman yang cukup baik dan industri kemaritiman yang cukup kuat, oleh dasar itu pihak Afrika Selatan ingin berbagi pengalaman dan pengetahuan dengan Indonesia.
Pada kesempatan pertemuan tersebut Dubes Sifuba menyampaikan kepada Menhan, bahwa Presiden Afrika Selatan Jacob Zuma direncanakan akan melakukan kunjungan kenegaraan ke Indonesia dan ikut hadir dalam Konfrensi Asia Afrika ke-60 yang diselenggarakan pada tanggal 19-24 April 2015 di Jakarta dan di Bandung. Saat kunjungan kenegaraannya Presiden Afrika Selatan juga menginginkan berkunjung ke beberapa industri peralatan militer di Indonesia. kunjungan ini dimaksudkan untuk mencari peluang dalam meningkatkan hubungan kerjasama pertahanan kedua negara.
Sementara Menteri Pertahanan Afrika Selatan Nosiviwe Naluthando Mapisa-Nqakula yang akan mendampingi Presiden Afrika Selatan juga direncanakan akan melakukan kunjungan kehormatan kepada Menhan RI. Pertemuan antar Menhan tersebut digunakan untuk membahas masalah-masalah yang menyangkut kepentingan bersama guna memperkuat hubungan bilateral pemerintah Afrika Selatan dan Indonesia.
Sementara itu Menhan RI Ryamizard Ryacudu merespon sangat baik atas rencana kunjungan Menhan Afrika Selatan ke Indonesia tersebut. Pihaknya akan menjadwalkan pertemuan kedua Menhan serta menyusun bahan pembahasan yang akan dibicarakan saat kunjungan Menhan Afrika Selatan nanti. Menhan, Ryamizard Ryacudu berharap pertemuan tersebut dapat berjalan dengan baik.
  • Hubungi Kami

    Office:

    Suradita Residence
    Jl. Chery Blok C5-18
    Suradita Serpong 15310

  • Kotak Info

    Mobile:

    +62 812 8905 3950

    Mail:
    info@metalink.co.id
  • Histats