Minggu, 05 April 2015

Inspeksi Pipa Boiler

Diangkat oleh Aminudin Zuhri pada 09.30
Banyak industri proses yang tergantung dengan Boiler sebagai penghasil energi (berupa uap panas), sebagai contoh pada Pabrik Pupuk, Industri Makanan, Industri Kertas, dan Industri Kimia lainnya. Dalam proses, kegagalan pada satu bagian dapat menyebabkan semua sistem terhenti secara total dan mengakibatkan kerugian yang sangat besar. Sehingga, diusahakan seminimal mungkin terjadi shutdown pada bagian proses akibat dari kegagalan mesin. Ada banyak pendekatan untuk mengurangi kegagalan yang terjadi. Diantaranya dengan metode FMEA (Failure Method and Effect Analysis), RBI (Risk Based Inspection). Penerapan Tools statistik juga sangat membantu untuk memberikan data yang akurat terhadap kejadian - kejadian penting yang mengarah pada kegagalan. Sebagai contoh, data failure dengan metode Overall Equipment Efficiencies yang merupakan best practice dari sistem Total Productive Maintenance. Paket data tersebut kemudian diolah dengan banyak metode seperti pada tools konsep Six Sigma. Sesuai dengan kebutuhan aplikasi dan keakuratan yang diperlukan. 

Banyak metode yang digunakan dalam praktiknya untuk mendapatkan kualitas inspeksi yang baik. Namun, yang paling utama, semua bagian dalam metode yang diaplikasikan harus benar - benar dilakukan dengan komitmen tinggi. Baik itu melibatkan organisasi secara langsung maupun vendor atau kontraktor dan konsultan. Berikut contoh khusus inspeksi yang dilakukan pada perpipaan. 

  • Ekspansi
  • Rangka pendukung yang cukup
  • Tidak ada kebocoran
  • Koneksi yang benar. Tujuannya adalah untuk menentukan apakah ada perubahan posisi karena adanya tegangan pada pipa atau sambungan yang lain.
  • Spesifikasi yang cocok untuk kondisi operasi
  • Tidak ada fakta-fakta korosi, erosi, atau retak
Contoh dari item inspeksi pada gambar adalah pekerjaan yang membutuhkan bantuan alat - alat laboratorium (DT) yang tidak dapat dilakukan secara langsung di lapangan (NDT). Akan ada banyak item pengujian seperti ini yang dapat membantu pengamatan terhadap tanda - tanda kegagalan yang disebutkan pada proses inspeksi. 

Pengujian Pada Pipa Boiler di IP Suralaya


    

Kamis, 02 April 2015


Oleh: Adityo Nugroho
Istilah Sea Power pertama kali muncul di akhir abad 19 oleh Rear Admiral Alfred Thayer Mahan dalam bukunya The Influence of Sea Power Upon History, hal.1660-1783. Dalam membangun sebuah negara yang memiliki kekuatan Angkatan Laut yang besar, menurut Mahan diperlukan 6 (enam) elemen pokok yang akan menjadi modal utama, yaitu: letak geografi (geographical position), bangun muka bumi (physical conformation), luas wilayah (extent of territory), karakter masyarakat (character of the people), jumlah penduduk (number of population) dan, karakter pemerintahan (character of government).
Elemen-elemen ini bersifat universal dan tanpa batas waktu (universal and timeless in character). Posisi geografis disebut sebagai kondisi yang paling signifikan. Dalam menjelaskan teorinya yang menggunakan contoh-contoh dari perang antara Inggris vs Belanda pada akhir abad 17 dan perang Inggris vs Perancis pada abad 18. A.T Mahan mencatat, bahwa kejadian-kejadian di laut sangat mempengaruhi kejadian-kejadian di darat.
Namun sering kali keputusan-keputusan politik yang diambil berdasarkan kejadian-kejadian di darat, jarang mempertimbangkan aspek kemaritiman. A.T Mahan menggaris-bawahi, bahwa Sea Power atau Kekuatan Laut merupakan unsur yang sangat penting bagi kejayaan suatu bangsa. Sebaliknya bila kekuatan-kekuatan di laut kurang diberdayakan, akan berakibat sangat merugikan negara atau meruntuhkan bangsa tersebut. A.T. Mahan menyatakan, bahwa Kekuatan Laut adalah: “All that tends to make a people great upon the sea or by sea”.
Contohnya adalah saat kebangkitan kekuatan laut Inggris (British sea power) di masanya. Secara ideal Inggris terletak di persimpangan jalur perdagangan Eropa. Bangsa Inggris mampu memanfaatkan dan mengamankan jalur perdagangannya dari penggunaan laut oleh pihak lawan. Selain daripada itu, posisi geografis Inggris, memberikan proteksi alami dari invasi musuh dan tidak mengharuskan Inggris memiliki kekuatan Angkatan Darat yang besar.
Dari contoh kebangkitan kekuatan laut Inggris tersebut, dapat diambil pelajaran bahwa keuntungan posisi geografis tidak akan terlihat dominan bila sebuah bangsa tidak memiliki garis pantai yang cukup untuk membangun pelabuhan-pelabuhan, tidak memiliki sumber daya alam yang memadai, dan tidak didukung oleh iklim/cuaca yang baik.
Lebih jauh, menurut Mahan, extent of territory dan number of population memiliki ketergantungan antara satu dengan yang lain. Pelabuhan dan garis pantai yang panjang oleh suatu bangsa bukan hanya dapat digunakan untuk kepentingan perdagangan namun dapat pula digunakan musuh untuk melakukan penetrasi ke dalam negara tersebut. Sehingga untuk mengantisipasi hal tersebut suatu negara harus mempunyai angkatan laut yang kuat dan memiliki hubungan perdagangan yang menguntungkan dengan negara-negara lain untuk dapat mencapai postur kekuatan laut yang diharapkan.
Di samping hal tersebut cara pandang serta wawasan kelautan dari masyarakat merupakan sumber kekuatan maritim dan kesejahteraan bangsa. Kemampuan pemerintah dalam melaksanakan diplomasi dan mempengaruhi negara lain memiliki peran yang sangat signifikan dalam melakukan dominasi wilayah lautnya.
Buku “The Influence of Sea Power Upon History”, itu dinilai penting karena buku ini menggambarkan pemikiran Mahan untuk mencapai kekuatan nasional (national power), serta menjelaskan bagaimana cara mengerahkan Sea Power untuk menghadapi musuh. Apa yang dimaksud dengan Sea Power atau Kekuatan Laut, pada dasarnya identik dengan Kekuatan Maritim atau Maritime Power. Apabila kekuatan-kekuatan itu diberdayakan, maka akan meningkatkan Kesejahteraan dan Keamanan Negara.
Disamping hal tersebut, Rear Admiral A.T Mahan menyatakan bahwa “keunggulan Angkatan Laut adalah keperluan utama untuk menjadikan negara besar, kuat dan maju”. Pelaku operasi pertahanan negara di laut terdiri dari beberapa instansi dengan AL sebagai inti kekuatan. Kekuatan laut terdiri dari Armada Niaga, Angkatan Laut dan Pangkalan.
Selain dari pada itu laut adalah satu kesatuan (The Sea is all One) artinya bahwa laut tidak dapat dipagari, diduduki dan dipertahankan seperti daratan. Sehingga strategi maritim merupakan penguasaan di laut, yaitu dengan menjamin penggunaan laut untuk kepentingan sendiri serta menutup peluang bagi lawan untuk menggunakannya. Mahan mengikuti pendekatan Baron Antoine de Jomini yang menekankan pentingnya lines of communication, konsentrasi kekuatan, dan daya serang untuk menghancurkan kekuatan armada musuh.

Metode Pengujian In-Situ Metalography

Diangkat oleh Aminudin Zuhri pada 09.00
Pengujian metallography merupakan metode uji merusak yang sangat berguna dalam mendeteksi kegagalan material. Namun, pengujian mikroskopis ini dapat dilakukan di dalam laboratorium secara terbatas. Beberapa jenis pengujian UTR dalam banyak hal kurang aplikatif karena keterbatasan peralatan yang digunakan.  Dengan uji metallography, perubahan struktur mikro dapat digunakan untuk mengetahui perubahan sifat material yang mengarah pada kegagalan maupun dalam tahap pencapaian standard fase strukturmikro pada suatu material. Pengujian ini terutama sangat berguna untuk mendeteksi kegagalan (Metallurgical damage) seperti creep, perubahan batas butir, grafitasi presipitasi fase sigma, misalnya pada bagian lasan (weldment) material stainless steel (Juan M. SALGADO-LĂ“PEZ; In situ metallography as non-destructive test to analyze the microstructural damage in the petrochemical industry). 

Sumber: Aplikasi Mikro Analisis dan Fraktografi untuk menentukan kualitas produk dan penyebab kerusakan suatu komponen. Ilham Hatta, BPPT



Contoh aplikasi metode ini adalah pengujian pada instalasi Stasiun Pengumpul Gas (SPG) dalam keadaan sedang beroperasi. Pergeseran instalasi terjadi sehingga menyebabkan seluruh pipa yang relatif berdiameter kecil yang mengarah kepada manifold mengalami pembengkokan. Prosedur pengujian In-situ metallographic akan sangat membantu karena tidak diperlukan shutdown, dimulai dengan pemilihan titik-titik pada lokasi yang perlu diuji, yaitu lokasi kritis yang terkena deformasi atau pembengkokan. Pada lokasi atau titik terpilih dilakukan pemolesan dan proses etsa (etching) hingga siap untuk diobservasi dengan menggunakan mikroskop (handy microscope). Setelah struktur mikro benda spesimen terlihat jelas dibawah observasi mikroskop, replika (Microset surface replication) diaplikasikan pada permukaan metallographic. Hal ini dimaksudkan untuk menduplikasi permukaan metallographic pada benda spesimen kepada replika untuk dianalisa atau diobservasi di laboratorium. 

www.ndtcorrosion.com
Pemilihan lokasi pengujian sangat menentukan terhadap keberhasilan metode ini. Karena sifat In-situ metallography yang berupa spot. Pertimbangan terhadap pengaruh lingkungan selama operasi juga harus diteliti, sehingga observasi lebih terarah. Sebagai contoh, sebuah pressure vessel akan dilakukan In-situ metallography pada sambungan lasan antara head dan drum. Karena PV tersebut merupakan tangki bahan bakar yang intermitten terhadap kontak logam, maka akan sangat urgent untuk melakukan pengujian pada bagian dalam pressure vessel. Tentu dengan mempertimbangkan dimensi PV karena akan sangat sulit untuk menjangkau bagian dalam PV.  

Dalam suatu kasus, karena keterbatasan, dilakukan pengujian pada bagian luar PV. Dari hasil PT dan MT tidak ada indikasi cacat pada sambungan head dan drum. Namun dari pengujian In-situ Metallography terlihat ada penjalaran retak mikro. Untuk memperkuat inspeksi, maka akan diperlukan metode uji lain untuk memastikan apakah hasil uji In-situ metallography tersebut benar sebuah retakan atau kesalahan preparasi sample. Misalnya, dengan Radiography atau UT. Tentu hal ini akan berdampak pada operational cost and time.

Adakah kendala atau kelemahan dari metode In-situ metallography? Tidak dapat dipungkiri bahwa penggunaan metode ini sangat variatif tergantung pada tujuan pengujian. Metode ini juga dapat digunakan untuk membantu memperhitungkan umur pakai dalam creep-life assessment. Bahkan dapat memberikan informasi yang lebih unggul dibanding metode NDT lain seperti UT. Permasalahan utama dari metode ini adalah pengambilan sample dapat menjadi inisiator crack, sehingga tidak memungkinkan untuk dapat dilakukan. Pada lokasi atau item - item kritis jauh lebih aman digunakan metode UT. Kelemahan lain dari metode ini adalah pada material yang terpajan gradient temperatur, seperti pada material dengan ketebalan. Karena ada perbedaan struktur mikro oleh pengaruh lingkungan yang berbeda, menyebabkan akurasi sample uji tidak mewakili secara keseluruhan gradient. 

Rabu, 01 April 2015


Semarang, JMOL – Indonesia akan mengembangkan Laboratorium Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Serpong, Provinsi Banten. Hal itu diungkapkan oleh Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Muhammad Nasir, di sela kunjungannya di Universitas Negeri Semarang.
“Di Serpong (laboratorium PLTN, red) ini sudah DED (detail engineering design), uji tapak sudah, visibilitas juga sudah. Pada 2016 mendatang, sudah mulai pembangunan,” kata Nasir, Senin (30/3). Pembangunan laboratorium PLTN di Serpong, menurut dia untuk memberikan edukasi dan tahap awal pemahaman terhadap masyarakat akan pentingnya tenaga nuklir sebagai energi alternatif yang aman dan efisien.
“Kami ingin berinovasi melalui laboratorium PLTN untuk memberikan edukasi pada masyarakat. Ini sudah masuk anggaran. Harapannya, bisa memberikan pemahaman bahwa nuklir itu aman dan efisien,” papar dia.
Jika ada penolakan dari masyarakat, dikatakan Nasir, ia mengaku siap menjelaskan kepada masyarakat bahwa nuklir sudah menjadi kebutuhan pokok negara-negara lainnya. Tidak hanya negara maju, tetapi juga negara berkembang. “Nuklir sudah menjadi kebutuhan pokok dunia, bukan hanya Indonesia. Bangladesh sudah membangun, Vietnam juga sudah. Kalau kita tidak cepat, Indonesia akan jadi negara terbelakang.”
Ia menjelaskan, nuklir bisa menjadi sumber energi alternatif yang aman dan efisien bagi masyarakat. Apalagi, menurut dia, di tengah naiknya harga bahan bakar minyak sebagai energi yang bersumber dari fosil.
Nasir menegaskan akan akan segera berkoordinasi dengan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan Kementerian PPN/Bappenas untuk meninjau ulang lokasi di Bangka Belitung dan Jepara. “Kami akan berkoordinasi dengan Menteri ESDM dan Bappenas untuk mengecek di Babel dan Jepara. Yang di Jepara, kami akan berkoordinasi dengan gubernur untuk sosialisasi pada masyarakat,” pungkas Nasir.[ANDRI]
  • Hubungi Kami

    Office:

    Suradita Residence
    Jl. Chery Blok C5-18
    Suradita Serpong 15310

  • Kotak Info

    Mobile:

    +62 812 8905 3950

    Mail:
    info@metalink.co.id
  • Histats